Tanda-tanda alam sudah banyak terjadi dimana-mana lewat bencana-bencana yang erugikan umat manusia. Tsunami, gempa, banjir, dan belum lagi dengan penyakit-penyakit yang mematikan. Tetapi, seolah-olah tidak mendengar atau pura-pura tidak tahu budaya membuang sampah sembarangan terus saja dilakoni.
Mengapa ini terjadi ? Lagi-lagi
global warming, akankah
global warming terus-terusan dijadikan kambing hitam ? Lihatlah Karbon Dioksida (CO
2), Nitro Oksida (Nox), Sulfur Oksida(Sox), Metana(Ch
4), Chlorofluorocarbon(CFC), dan Hydrofluorocarbon(HFC) masih berkeliaran dengan ganasnya. Padahal beribu kali seminar, rapat, konferensi, diskusi, dan pertemuan lainnya yang sejenis telah diadakan di berbagai tempat di seluruh dunia.tidak sedikit artikel-artikel yang ditulis dengan aneka ragam solusi. Lalu, kemana hasilnya ? Baguslah ada gerakan, tetapi solusi-solusi yang ditawarkan penulis-penulis artikel itu seakan-akan terhempas angin rebut, lenyap tanpa bekas yang berarti. Ini menandakan bahwa orang lebih gampang bicara dibandingkan mengaplikasikannya dalam realitas kehidupan.
Belakangan, salah satu himbauan dari hasil UN Climate change Conference tahun lalu di Nusa Dua, Bali, bahwa salah satu cara untuk mengurangi efek dari global warming adalah dengan mengurangi jumlah emisi sesegera mungkin, yaitu dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor atau menggunakan sumber energy terbarukan juga mengefisiensikan penggunaan energy bertingkat. Walaupun secara global hasil konferensi ini tidak menghasilkan kesepakatan yang memuaskan dalam pengurangan jumlah emisi dunia. Ini terjadi karena negara-negara maju saling menuduh negara lain yang menghasilkan emisi teresar. Sebut saja China, Amerika, India, dan tidak ketinggalan Indonesia. Mereka menganggap bahwa Protokol Kyoto itu tidak benar, terjadi kesalahan. Disanalah ilmu politik main, saling mengelak siapa yang salah
Bukankah masalah kerusakan lingkungan merupakan masalah bersama ? Seluruh umat manusia di dunia bertanggung jawab menyelesaikan problem yang semakin kompleks dan implikasinya terhadap bidang lain. Sebut saja, ketahanan pangan misalnya. Sinyal kelaparan mulai berbunyi di dunia saat ini, harga makanan pokok mencekik, dan tidak hanya itu saja hampir semua produk mengalami kenaikan harga yang menguras penghasilan kaum lemah dlam hal ekonomi. Lingkaran setan ini akan terus berotasi selama manusianya sendiri belum melakukan tindakan atau aplikasi nyata secara langsung dan bersama-sama.
Sebagai bentuk kepedulian negara-negara Internasional, maka tahun 2007-2009 dijadikan Tahun Internasional Planet Bumi. Beragam solusi dipresentasikan dengan bermacam cara dan media dari yang sederhana hingga yang berbau mesin. Ilmu lingkungan juga bertambah spesifik, seperti toksikologi, biologi, ekologi, hukum lingkungan, dan tentunya ilmu kebumian (geologi) serta ilmu lingkungan lainnya. Ilmu pengetahuan yang ada tidak hanya untuk dipelajari tetapi juga dimanfaatkan dalam kehidupann ril.
Adanya Tahun Internasional bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat memanfaatkan ilmu kebumian yang telah dipelajari oleh lebih dari 400.000 peneliti di dunia. Ilmu kebumian mendapat sorotan khusus di tahun ini, tetapi tidak mengesampingkan peran serta ilmu lainnya, karena pada dasarnya ilmu satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Toksikologi logam berat bisa dijadikan sampel, ilmu yang memperkenalkan racun-racun dari logam berat yang dihasilkan perusahaan-perusahaan industri ini terlihat angker, tetapi orang-orang bisa memanfaatkannya untuk berhati-hati dalam menghasilkan dan mengolah limbah yang dihasilkan logam berat ini.
Lalu bagaimana solusinya ? Banyak solusi sebenarnya kalau masyarakat gemar membaca. Sayangnya tidak banyak orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi dalam menjalaninya.
Istilah limbah dengan segala pembagiannya bertujuan untuk mempermudah mencari solusi dan mengaplikasikannya. Masyarakat sudah mengenal program pengolahan limbah terpadu “3R”, yaitu reduce, re-use, re-cycle. Pertama, reduce atau mengurangi reduksi sampah yang akan terbentuk sedangkan perbuatan yang bisa dilakukan adalah masyarakat (khususnya Ibu Rumah Tangga) kembali menggunakan keranjang setiap kali shopping dan masyarakat bisa kembali menggunakan sapu tangan daripada tissue.
Kedua, re-use atau pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk. Disini kreativitas mencipta seseorang perlu dikembangkan. Sebab sampah yang asalnya tidak berguna dapat berubah menjadi barang kerajinan yang bernilai ekonomis. Menjadi kaya dari sampah, mengapa tidak ?!
Ketiga, re-cycle atau daur ulang limbah. Berhentilah untuk berpikir sempit. Cara ini bisa dilakukan oleh siapa saja, baik individu maupun kolektif. Salah besar jika cara ini hanya bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industry. Buktinya sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos atau limbah tebu tang bisa dijadikan kayu bakar sebagai salah satu alternatif menghemat BBM.
Sebagai contoh yang bisa dijadikan bahan inspirasi yaitu diterbitkannya Harry Potter and The Deathly Hallows (epik terakhir Harry Potter) dengan menggunakan kertas daur ulang kualitas terbaik. Buku Harry Potter ini merupakan buku terhijau dan ramah lingkungan sepanjang sejarah penerbitan buku. Kalau tidak seperti itu, bayangkan berapa ratus ribu pohon yang harus ditebang ? Berapa ratus juta liter air yang dipakai ? Dan berapa juta kilogram gas efek rumah kaca yang dihasilkan ? Sementara untuk Indonesia sendiri masih menjadi sebuah PR yang entah kapan bisa menjadi kenyataan. Bagaimana bisa terjadi kalau harga kertas baik yang baru maupun yang daur ulang sama-sama mahal ?
Penanaman pohon di beberapa daerah yang kritis, seperti di daerah pesisir pantai dengan benih-benih mangrove-nya sering gagal terendam banjir yang datang secara alami (tidak bisa diprediksi)
Upaya penanaman pohon terus digencarkan, jangan sampai putus asa lantaran sering mengalami kegagalan. Disinilah kunci utamanya, dunia saat ini kekurangan ozon, sementara pepohonan-lah yang bisa memproduksi ozon. Apabila pohonnya banyak, ozon akan semakin menebal dan kehidupan biosfer kembali berkembang dengan segala kekompleksitasannya.
Sebab-akibat sekrang ini memang sudah hukum alam. Kesadaran manusia dalam menjaga lingkungannya merupakan modal penting dalam mewujudkan lingkungan yang tetap asri. Solusi-solusi yang sudah ada jalankan, tanpa harus berhenti mencari solusi yang lain. Permasalahan mendasar yang dihadapi Planet Bumi adalah ketidakpedulian manusia menjaga ekosistemnya sendiri. Ini tidak bisa dibiarkan, masalah ini tidak akan ada akhinya bahkan bisa menimbulkan permasalahn-permasalahan yang baru. Faktanya, salju abadi di Benua Antartika mulai mencair dan meretakkan sebagian wilayahnya, dan tidak menutup kemungkinan bencana lain akan segera menyusul
Penegakkan hukum lingkungan harus benar-benar konsisten dan tegas. Penegakkan hukum bisa dilakukan dengan dua cara, bisa secara preventif juga bisa dengan represif. Secra preventif, penegak hukum utama seperti pejabat atau aparat pemerintah dareh bisa memanfaatkan penyuluhan, pemantauan, dan penataran yang sifatnya mengawasi (pengambilan sampel, penghentian mesin-mesin dan lain sebagainya) dalam menegakkan hukum lingkungan di Indonesia. Sedangkan secara represif bisa dilakukan dengan cara menindak orang-orang yang bersalah, dalam hal ini melanggar aturan hukum yang berlaku. Karenanya untuk menghindari penindakkan pidana secara berulang-ulang pencemar harus menyadari kesalahannya sendiri.
Aspek atau saran administratif bisa bersifat preventif dan bertujuan menegakkan peraturan perundang-undangan dengan ancaman sanksi administratif. Upaya penegakkan hukum dapat ditetapkan terhadap kegiatan yang singkat, seperti persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan (RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan serta pengawasan administratif, kepada pengusaha di bidang industry hendaknya juga ditanyakan manfaat konsep “pollutan prevent ion pays”(pencegah pencemaran menguntungkan) dalam proses produknya.
Saran administratif bisa ditegakkan dengan kemudahan-kemudahan terutama di bidang keuangan, seperti keringanan bea masuk alat-alat pencegahan pencemaran dan kredit bank untuk biaya pengelolaan lingkungan dan sebagainya. Sedangkan penindakaan represif tujuannya unutk mengakhiri secara langsung keadaan terlarang atau melanggar itu.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental (een instrumentele functie), yaitu penaggulangan dan pengendalaian perbuatan terlarang. Beberapa jenis sarana penegak hokum administratif adalah : penyerasian peraturan (harmonisering), tindakan paksa, uang paksa, penutupan tempat usaha, penghentian kegiatan mesian perusahaan, dan pencabutan izin melalui proses : teguran, paksaan kepolisian, penutupan dan uang paksa.
Kondisi bumi sekarang ini sudah tidak wajar, melebihi batas-batas kewajaran yang orang-orang dulu bilang. Maklum kalau dulu polusi masih bisa diminimalisir oleh banyaknya pepohonan, tetapi kalau sekarang alam sudah tidak bersahabat lagi karena manusianya sendiri yang mengusik ketenangan alam itu
Akhirnya, betapa pun banyaknya solusi, keberhasilan menciptakan Planet Bumi yang hijau dan damai tidak bisa lepas dari peran serta manusia dalam menjalani aktivitas rutinnya. Mulai dari hal-hal yang terkecil yang dianggap sepele, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri kita sendiri. Kalau bukan kita yang memulai, harus siapa lagi ? Oleh karena itu, tidak ada penyelesaian paling indah selain jalankan solusi agar bumi tetap asri.[]