06 December 2019

Mengapa Anda Harus Menghindari Format Standar Semu OOXML

Catatan: Ini adalah terjemahan bebas dari hasil wawancara Swapnil Bhartiya kepada Italo Vinogli, salah satu penubuh The Document Foundation; yayasan di balik proyek LibreOffice dan The Document Liberation.




Pemerintah Inggris baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan  standar dokumen yang memenuhi ISO, yaitu ODF (Open Document Format) untuk melihat dan membagikan dokumen pemerintah. Ini adalah langkah yang sangat penting karena akan merusak kunci vendor (vendor lock) Microsoft di mana saat ini Microsoft telah menjadi satu-satunya perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat yang mampu memiliki dan mengendalikan semua dokumen yang dibuat di atas bumi ini. Microsoft terkenal karena menggunakan cara yang tidak etis untuk mempersulit pihak lain untuk menawarkan segala jenis interoperabilitas dengan produk mereka karena hal tersebut mampu mengancam pangsa pasar Microsoft.

Jadi kami menghubungi Italo Vignoli dari The Document Foundation, organisasi yang bertanggung jawab untuk mengembangkan LibreOffice yang merupakan forking dari OpenOffice.org, untuk memahami apa saja risiko menggunakan OOXML ...

Swapnil Bhartiya: Apa masalah sesungguhnya dengan menggunakan produk Microsoft atau format OOXML (ekstensi DOCX, XLSX, dan PPTX) secara
praktis dan teknologi?

Italo Vignoli: MS Office mengunci pengguna tidak hanya dengan format propietary, tetapi juga dengan format-format standar semu (pseudo-standard) OOXML. Hal ini terjadi karena cara Microsoft menangani format yang seharusnya standar.

Faktanya, setiap versi MS Office sejak 2007 memiliki implementasi OOXML yang berbeda dan tidak standar, yang didefinisikan sebagai "transisi" karena berisi elemen yang seharusnya tidak digunakan lagi di tingkat standar, tetapi masih ada karena alasan kompatibilitas.

Meskipun LibreOffice berhasil membaca dan menulis OOXML dengan cara yang cukup tepat, menjadi mustahil untuk mencapai interoperabilitas yang sempurna karena perbedaan versi non-standar ini.


Selain ketidakkompatibelan format, Microsoft - dengan OOXML-nya - telah memperkenalkan elemen yang dapat mengarahkan pengguna untuk menghasilkan dokumen yang tidak dapat dioperasikan, seperti C-Fonts (misalnya, Calibri dan Cambria).

C-Font adalah pilihan bawaan untuk dokumen MS Office, tetapi lisensinya melarang pengguna aplikasi perkantoran lain untuk mengadopsi font-font tersebut untuk dokumen apa pun (karena Anda harus memiliki lisensi Microsoft Office).

Jadi, pengguna LibreOffice yang menerima dokumen OOXML akan dapat membukanya dengan benar, tetapi dokumen tersebut tidak akan terlihat sama karena C-Font akan secara otomatis diganti dengan font lain.

Yang sering terjadi adalah pengguna LibreOffice akan berpikir bahwa dokumen tersebut tidak terlihat sama penyebabnya adalah karena LibreOffice dan bukan karena Microsoft sengaja membuat pengguna masuk ke dalam “ketidakcocokan visual” ini.

Jadi, menggunakan MS Office dengan format OOXML asli adalah masalah bagi semua orang, dan semakin banyak orang menggunakan OOXML, semakin banyak dokumen yang tidak standar.

Swapnil: OOXML disetujui "secara ilegal" sebagai standar ISO, meskipun ODF sudah menjadi standar. Berapa banyak spesifikasi OOXML yang digunakan dalam produk Microsoft sendiri?

Italo: Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa OOXML disetujui "secara ilegal". Di sisi lain, OOXML disetujui sesuai dengan proses "jalur cepat" yang sama sekali tidak memadai untuk standar seperti itu, dan ini memberi Microsoft peluang untuk menggunakan "politik" daripada proses yang biasa (yang dapat menunjukkan bahwa dua standar dokumen adalah omong kosong).

Sebenarnya, Microsoft menggunakan spesifikasi OOXML, tetapi tidak menggunakannya secara konsisten di antara versi-versi perangkat lunak sebagaimana sifat suatu standar berlaku. Jadi, saat ini kita memiliki OOXML 2007 Transitional, OOXML 2010 Transitional dan OOXML 2013 Transitional, selain OOXML 2013 Strict (yang bukan merupakan pilihan bawaan Microsoft Office 2013, dan karenanya tidak ada yang menggunakannya).

Pengguna MS Office tidak menyadari keadaan ini, dan menghasilkan "pelangi" versi dokumen yang merupakan masalah untuk interoperabilitas.

Swapnil: Interoperabilitas antara berkas OOXML yang dibuat dengan MS Office dan aplikasi lainnya terlepas itu LO, Google Documents, atau Calligra adalah mimpi buruk. Apa alasan ketidakcocokan ini?

Italo: LibreOffice adalah paket aplikasi perkantoran merdeka yang menawarkan tingkat interoperabilitas terbaik dengan dokumen OOXML, meskipun tidak dan tidak akan pernah sempurna. Masalah ini terkait dengan manajemen non standar dari standar OOXML oleh MS Office, dan juga untuk C-Font.

Tentu saja, Microsoft telah memperkenalkan C-Font di saat mereka harus mengganti format dokumen propietary dengan format yang standar (walaupun dikelola dengan salah) untuk secara artifisial memperluas masalah interoperabilitas ke tampilan visual.

Microsoft sangat efisien dalam hal mengunci pengguna, bahkan dengan solusi kreatif. Tentu saja, kunci mengunci tidak melihat interoperabilitas, yang merupakan konsep yang berlawanan. Karena itu, segala jenis interoperabilitas yang berasal dari Microsoft akan menjadi suatu penguncian "kreatif".

Swapnil: Apakah Microsoft melakukan sesuatu untuk mempersulit vendor lain untuk bekerja dengan OOXML?

Italo: Microsoft tampaknya berusaha membuatnya lebih mudah untuk bekerja dengan OOXML. Baru-baru ini, perusahaan tersebut telah merilis OOXML SDK di bawah Lisensi Apache (tidak diragukan bahwa Microsoft akan merilis sesuatu dengan lisensi open source sejati seperti GPL, LGPL atau MPL).
Namun, tindakan nyata terhadap interoperabilitas tidak akan pernah mudah dikenali. Microsoft terlalu pintar untuk membiarkan ekosistem mencurigai masalah potensial dengan format dokumen berdasarkan pada hambatan khusus yang dibangun dalam standar. Sebagai contoh, butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan trik C-Font yang dibangun ke dalam versi terakhir dari MS Office, dan sebagian besar pengguna - termasuk manajer IT perusahaan - masih sepenuhnya tidak menyadarinya.

08 September 2019

Mengubah Tampilan QT4 di Ubuntu (MATE) 18.04 Agar Terintegrasi dengan Tema Sistem

Aplikasi pengelola sandi andalan saya, KeePassX yang menggunakan mesin QT di Ubuntu MATE 18.04 tampilannya seperti pendatang dari tahun 1990-an, akhirnya setelah mencoba beberapa tutorial, mulai dari pasang Adwaita-QT, menambahkan `export QT_QPA_PLATFORMTHEME=gtk2` dan `export QT_QPA_PLATFORMTHEME=qt5ct`di `~/.profile`

semua tidak berhasil saya sampailah pada percobaan sendiri pasang paket qtconfig-qt4 yang di Ubuntu 16.04 saya pasang juga kemudian mencoba mengubah preferensi penampilan GUI style menjadi GTK+ dari Default Setting:



Akhirnya KeePassX saya sudah jadi penduduk setempat. :)





Hitung






Komentar

Tentang Blog Ini

Seorang pembelajar yang berharap tidak berhenti belajar, seorang hamba yang berharap tidak berhenti menghamba

Followers