01 March 2015

Alergi Syari'at

Brandon terkena gagal ginjal, setiap dua minggu sekali sesuai anjuran dokter dia harus melakukan cuci darah (hemodialisis), sekali sesi itu selama lima jam. Biayanya 50-80 juta rupiah. Kemudian dia juga harus melakukan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau cuci darah lewat perut) dengan biaya per tahun Rp 50-75 juta. Dibutuhkan juga pemasangan kateter dengan biaya Rp 10 juta. Kemudian jika ingin transplantasi ginjal maka harus merogoh kocek sebesar Rp 200 juta untuk pretransplantasi dan prosedur, sementara biaya transpantasinya sendiri Rp 75-150 juta per tahun.

Sungguh angka yang fantastis! Rata-rata dia membutuhkan Rp 300 juta per tahun untuk mendapatkan ginjal yang kembali berfungsi normal. Dengan uang sebanyak itu dia sebenarnya bisa membeli satu rumah minimalis menengah di kompleksi elit.

Mengapa Brandon begitu berani berkorban mengeluarkan uang sebanyak itu?

Karena dia yakin akan saran dokter....

Kenapa dia yakin pada dokter?

Karena dia tahu dokter itu orang pintar yang sudah belajar puluhan tahun dengan biaya yang juga mahal.

Ini baru tentang kesehatan....

Nah, pertanyaannya, jika ada seorang muslim yang mengklaim bahwa dia meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, dia yakin katanya 100% Allah adalah tuhannya dan Muhammad adalah nabi-Nya, kenapa masih ada saja yang merasa gatal dengan sesuatu hal ihwal yang berkenaan dengan syari'at? Kalau ada istilah syari'at tiba-tiba saja menjadi alergi dan menjadi bahan kritik. Dengan segudang alasan: dari mulai tuhan tidak perlu dibela, menganggu keragaman/pluralitas sampai alergi karena sudah dicocoki istilah-istilah keren yang dipelajari dari buku-buku. Sampai-sampai menyepelekan, bahwa manusia tidak perlu dinilai dari agamanya, agama itu sama saja, yang penting beribadah dan berbuat baik kepada sesama manusia (meskipun garis demarkasi tauhid juga dilanggar).

Apakah itu artinya sebenarnya dia tidak yakin akan kebenaran dan keagungan Islam? atau dia memiliki split personality karena ilmu yang dipelajari dan pengalaman yang dialaminya? Atau karena dia memang pengen terlihat sangat toleran di hadapan orang-orang non muslim? Wallahu ta'ala a'lam

Hitung






Komentar

Tentang Blog Ini

Seorang pembelajar yang berharap tidak berhenti belajar, seorang hamba yang berharap tidak berhenti menghamba

Followers