Flashback hidup ini membuai kenangan yang tergerus dalam mimpi kemarin malam. Tak kusangka dalam minggu-mingu yang terukur jari aku kan melepaskan putih abuku menyongsong satu lagi babak baru hidup. Bukan maksud hati menampik perubahan yang diekori tantangan demi tantangan, karena itu adalah pendulum Tuhan yang tak dapat terelakkan.
Kadang tertancapkan suatu pertanyaan filosofis yang kurang enak dibahas, mengejar hari-hariku yang terkesan monoton di asrama. Sebuah pertanyaan..oh tidak, beberapa buah pertanyaan mendasar, mungkin Aristoteles pun pernah dihinggapinya. Esensi hidup ini selalu menyisakan pertanyaan tentang kebersihan hati, kemurnian dari sifat-sifat riya. Tanpa keraguan sedikit pun, telah terpoles bahwa aku memang seseorang yang tidak bisa mencintai Alloh secara menyeluruh, atau mungkin sedikit sekali ruang hati yag tersedia untuk-Nya. Buta...benar-benar buta. Ya Alloh, aku risih dilahirkan di zaman edan seperti ini karena ketidakistiqomahanku. Terbersit angan aku ingin disejajarkan dengan Khulafaur Rasyidin yang sudah dijamin surga pun, mereka senantiasa menyerahkan seganjil (genap) jiwa raganya untuk Tuhan Semesta Alam. Ah, terlalu mengkhayal mungkin.
18 tahun masa yang kutapaki, sesingkat air kran menetes, semimpi dikejar hari. Dapat dikatakan dua tahun lagi masa akhir remaja. Aku masih berpikiran :"AKU ANAK 12 TAHUN". Kadang aku merasa iri melihat keceriaan anak-anak SD di lapangan futsal asrama dekat ruang cuci seakan aku tak menerima akumulasi tanggungjawab yang ku terima seiring pertambahan umurku. Kuterima tempaan Kawah Chandra Dimuka asrama ini tanpa menempa pikiran tadi. Aku ini anak tadi sore dari Kampung Benteng yang tahu-tahu mau menutup gerbang SMA. Huh, benar sekali singkat sekali hidup ini. Sayang kalau dihabiskan dengan gaya sok jadi surga. Bukan, sobat, ini bukan surga yang dimaksud, dunia ini adalah hanya sebatas ladang. Tapi, tanaman, tanah, matahari, air, udara dan kesuburan ladang ini kita rengkuh sebaik-baiknya.
Ah, temans maaf ini hanya curahan bagi para pendengar hati, atau remaja yang dalam ketaksadaran akan lorong hidupnya. Ya, kuharap kalian mau menyadari dan aku juga ingin sadar bahwa jalan skenario Tuhan adalah yang terbaik apabila kau mau mempergunakannya sesuai koridor Tuhan. Hidup adalah daging yang perlu dimasak dan Islam adalah bumbunya, begitu kata Ali Taufiq sang Ketua DKM Masjid asrama.
Kadang tertancapkan suatu pertanyaan filosofis yang kurang enak dibahas, mengejar hari-hariku yang terkesan monoton di asrama. Sebuah pertanyaan..oh tidak, beberapa buah pertanyaan mendasar, mungkin Aristoteles pun pernah dihinggapinya. Esensi hidup ini selalu menyisakan pertanyaan tentang kebersihan hati, kemurnian dari sifat-sifat riya. Tanpa keraguan sedikit pun, telah terpoles bahwa aku memang seseorang yang tidak bisa mencintai Alloh secara menyeluruh, atau mungkin sedikit sekali ruang hati yag tersedia untuk-Nya. Buta...benar-benar buta. Ya Alloh, aku risih dilahirkan di zaman edan seperti ini karena ketidakistiqomahanku. Terbersit angan aku ingin disejajarkan dengan Khulafaur Rasyidin yang sudah dijamin surga pun, mereka senantiasa menyerahkan seganjil (genap) jiwa raganya untuk Tuhan Semesta Alam. Ah, terlalu mengkhayal mungkin.
18 tahun masa yang kutapaki, sesingkat air kran menetes, semimpi dikejar hari. Dapat dikatakan dua tahun lagi masa akhir remaja. Aku masih berpikiran :"AKU ANAK 12 TAHUN". Kadang aku merasa iri melihat keceriaan anak-anak SD di lapangan futsal asrama dekat ruang cuci seakan aku tak menerima akumulasi tanggungjawab yang ku terima seiring pertambahan umurku. Kuterima tempaan Kawah Chandra Dimuka asrama ini tanpa menempa pikiran tadi. Aku ini anak tadi sore dari Kampung Benteng yang tahu-tahu mau menutup gerbang SMA. Huh, benar sekali singkat sekali hidup ini. Sayang kalau dihabiskan dengan gaya sok jadi surga. Bukan, sobat, ini bukan surga yang dimaksud, dunia ini adalah hanya sebatas ladang. Tapi, tanaman, tanah, matahari, air, udara dan kesuburan ladang ini kita rengkuh sebaik-baiknya.
Ah, temans maaf ini hanya curahan bagi para pendengar hati, atau remaja yang dalam ketaksadaran akan lorong hidupnya. Ya, kuharap kalian mau menyadari dan aku juga ingin sadar bahwa jalan skenario Tuhan adalah yang terbaik apabila kau mau mempergunakannya sesuai koridor Tuhan. Hidup adalah daging yang perlu dimasak dan Islam adalah bumbunya, begitu kata Ali Taufiq sang Ketua DKM Masjid asrama.
1 komentar:
Assalamu'alaikum wr, wb.
Kepada akang akang alumni sma plus yang berasal dari subang dimohon untuk bergabung di blog adidas
www.adidas64.co.cc
Post a Comment