16 February 2016

Tragedi Lumba-Lumba Argentina, Sebuah Hipokrisi Barat

Sedang mondar-mandir di lini masa Facebook saya berita lumba-lumba di satu pantai di Argentina yang mati karena dehidrasi berat setelah ramai-ramai diperebutkan orang-orang untuk swapotret (selfie). Media-media Barat kayak CNN, Times, New York Daily dan Washington Post ramai-ramai memberitakannya. Saya turut berduka cita sangat dalam atas kejadian bodoh tersebut, apalagi katanya itu hewan yang termasuk terancam punah. Cuman bukan itu yang mau dibahas.

Begini ya, media-media Barat golongan itu sangat cepat tanggap untuk meliput berita perikebinatangan, mendramatisasinya dan melemparnya ke publik. Masih segar dalam ingatan kita kasus Axelle Despiegelaere seorang fans timnas Belgia saat Piala Dunia 2014 kemarin batal menjadi agen ambasadornya L'Oreal gegara kedapatan membagikan foto pribadinya yang selesai membunuh hewan liar. Seluruh dunia mengutuknya, sampai terjadi pembatalan itu.

Sementara itu, penindasan sesama manusia di atas manusia di berbagai belahan dunia media-media tersebut cenderung memilih diam. Agak sulit mendapatkan liputan terbaru kekejaman Rusia saat Prahara Suriah yang membom tempat-tempat yang seharusnya tidak boleh dibom menurut konvensi perang internasional seperti rumah sakit, sekolah dan rumah-rumah sipil, atau yang jelas-jelas sejak lebih dari setengah abad penjajahan Zionis atas rakyat Palestina, lalu Rohingya, belum suku Pattani juga suku Uyghur. Itu beberapa kedzaliman yang korbannya muslim. Yang non muslim pun tidak sedikit. Di Pakistan misalnya ada penindasan dan diskriminasi terhadap ummat Hindu di sana atau di negara Pam Sam sendiri terjadi diskriminasi tersembunyi terhadap warga kulit hitam di dalam hal buku-buku pelajaran, seleksi pelamar kerja, kesu'uzhannan polisi, pengadilan dan lamanya hukuman dalam kasus kriminal. Padahal semestinya merujuk pada UU yang berlaku antara black dan white adalah sama dan setara. Banyak sekali pada intinya ketimpangan dan kedzaliman di dunia ini yang sepertinya walaupun sangat vulgar tapi sangat enggan untuk diliput oleh media-media besar Barat itu.

Berbeda sekali misalnya kalau korbannya adalah orang kulit putih: Charlie Hebdo, bom marathon Boston, bom di Itali dan lain dan lainnya. Semua ribut, semua diliput. Kalau bisa diulang-ulang setelah dijadikan headline berkali-kali. Para pembesar negara pun tidak luput mengadakan seremoni, berbela sungkawa agar langsung dicap pro kemanusiaan. Ya, intinya media Barat golongan itu (ada juga golongan lain yang minoritas kayak The Guardian, ironis ya yang berimbang malah yang minoritas) akan peduli jika yang jadi korban adalah orang kulit putih atau binatang. Sempitnya dunia ini....

0 komentar:

Hitung






Komentar

Tentang Blog Ini

Seorang pembelajar yang berharap tidak berhenti belajar, seorang hamba yang berharap tidak berhenti menghamba

Followers