Sedang mondar-mandir di lini masa Facebook saya berita lumba-lumba di satu pantai
di Argentina yang mati karena dehidrasi berat setelah ramai-ramai
diperebutkan orang-orang untuk swapotret (selfie). Media-media Barat
kayak CNN, Times, New York Daily dan Washington Post ramai-ramai
memberitakannya. Saya turut berduka cita sangat dalam atas kejadian
bodoh tersebut, apalagi katanya itu hewan yang termasuk terancam punah. Cuman bukan itu yang mau dibahas.
Begini ya, media-media Barat golongan itu sangat cepat tanggap untuk
meliput berita perikebinatangan, mendramatisasinya dan melemparnya ke
publik. Masih segar dalam ingatan kita kasus Axelle Despiegelaere
seorang fans timnas Belgia saat Piala Dunia 2014 kemarin batal menjadi
agen ambasadornya L'Oreal gegara kedapatan membagikan foto pribadinya
yang selesai membunuh hewan liar. Seluruh dunia mengutuknya, sampai
terjadi pembatalan itu.
Sementara itu, penindasan sesama
manusia di atas manusia di berbagai belahan dunia media-media tersebut
cenderung memilih diam. Agak sulit mendapatkan liputan terbaru kekejaman Rusia saat
Prahara Suriah yang membom tempat-tempat yang seharusnya tidak boleh
dibom menurut konvensi perang internasional seperti rumah sakit, sekolah
dan rumah-rumah sipil, atau yang jelas-jelas sejak lebih dari setengah
abad penjajahan Zionis atas rakyat Palestina, lalu Rohingya, belum suku
Pattani juga suku Uyghur. Itu beberapa kedzaliman yang korbannya muslim.
Yang non muslim pun tidak sedikit. Di Pakistan misalnya ada penindasan
dan diskriminasi terhadap ummat Hindu di sana atau di negara Pam Sam
sendiri terjadi diskriminasi tersembunyi terhadap warga kulit hitam di dalam hal
buku-buku pelajaran, seleksi pelamar kerja, kesu'uzhannan polisi,
pengadilan dan lamanya hukuman dalam kasus kriminal. Padahal semestinya
merujuk pada UU yang berlaku antara black dan white adalah sama dan setara. Banyak sekali pada
intinya ketimpangan dan kedzaliman di dunia ini yang sepertinya walaupun
sangat vulgar tapi sangat enggan untuk diliput oleh media-media besar
Barat itu.
Berbeda sekali misalnya kalau korbannya adalah orang
kulit putih: Charlie Hebdo, bom marathon Boston, bom di Itali dan lain
dan lainnya. Semua ribut, semua diliput. Kalau bisa diulang-ulang
setelah dijadikan headline berkali-kali. Para pembesar negara pun tidak luput mengadakan seremoni, berbela sungkawa agar langsung dicap pro kemanusiaan. Ya, intinya media Barat
golongan itu (ada juga golongan lain yang minoritas kayak The Guardian,
ironis ya yang berimbang malah yang minoritas) akan peduli jika yang
jadi korban adalah orang kulit putih atau binatang. Sempitnya dunia
ini....
16 February 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hitung
Komentar
Get this Recent Comments Widget
Tentang Blog Ini
- rizmut
- Seorang pembelajar yang berharap tidak berhenti belajar, seorang hamba yang berharap tidak berhenti menghamba
0 komentar:
Post a Comment