Kali ini, kami dari Pramuka Ambalan Sangkuriang-Dayang Sumbi NO. GUDEP 37091-37092 yang hanya diwakili oleh Sangkuriangnya saja, pada tanggal 16 Maret 2008 mengikuti LOSTA GT ke-4 (Lomba Strategi , Teknik, dan Aktivitas Penggalang dan Penegak) yang diadakan oleh SMP N. 1 Banjaran.
Ini adalah edisi perdana kami dalam acara lomba se-Jawa Barat ini, banyak pengalaman yang menyenangkan yang kami alami. Misalnya saat kami melakukan gladi resik untuk lomba Baris Berbaris di depan masjid dengan sangat PD-nya, sangat kompak dan rapi, bahkan orang-orang sekitar banyak yang bertepuk tangan. Ternyata saat mulai masuk perlombaan sesungguhnya barisan kami jadi berantakan, bukan karena gugup atau lupa dengan gerakan. Kami bisa menjamin, karena kami saat itu dalam kondisi paling fit dan sudah hampir hapal gerakan dan formasi di luar kepala. Masalahnya adalah posisi juri. Selama kami melakukan latihan di lapangan sekolah SMA N 1 Cisarua, asumsi awal kami si juri ada di sebelah kanan barisan (saat itu kami mulai baris masuk dari sebelah utara lapangan, karena itu satu-satunya bagian paling 'enak' dan terbuka dan biasa dipakai untuk PBBAB (Pasukan Baris Berbaris Angkatan Bersenjata), termasuk upacara bendera dan acara sekolah LAKBBAR dan posisi pembina upacara memang di sebelah kanan kami atau di sebelah barat lapangan) Sebelum masuk ke lapangan lomba saking percaya dirinya kami sangat rileks dan ketawa-tawa sampai lupa memperhatikan posisi juri. Padahal ini _sangat_ penting mengingat gerakan kami sangat bergantung pada formasi. Kami semua seakan dibuat linglung saat pertengahan baris berbaris dimulai, kenapa si A jadi di kanan, kenapa si B jadi di kiri, dan seterusnya, sampai akhirnya buyar semua. Hahaha.
Omong-omong nih tentang PBBAB, saat itu aku sedikit bisa merasa bangga karena sebagai seorang anggota Paspion yang diset untuk memiliki karakteristik yang lucu, kocak dan atraktif, ternyata mampu menjalankan atraksi menarik baris berbaris yang menjadi trademark-nya Paskat (Pasukan Tongkat) yang sigap, gagah dan keren. Dalam waktu latihan yang relatif singkat, aku bisa mengikuti dengan rapih irama dan gerak baris berbaris a la anak-anak Paskat itu.
"Pi pi pi, Ambalan Sangkuriang", begitu kurang lebih yel-yel di akhir PBBAB yang menampilkan formasi tembak dan si tertembak bergerak a la film Matrix.
Selepas PBBAB, kami pun langsung menyadari satu sama lain kesalahan fatal tersebut, dan hampir semuanya mengaku linglung saat formasi jadi berubah. Tapi alhamdulillaah, tidak ada satupun dari kami yang saling menyalahkan satu sama lainnya.
Lanjut ke lomba acak. Acak, maksudnya? Maksudnya adalah lomba ketangkasan di mana setiap dari kita akan mengikuti beberapa jenis lomba secara perorangan tanpa tahu sedikit pun bidang lomba apa yang akan kita ikuti. Kita diminta berbaris saja dan setiap orang bergilir dipanggil untuk ikut satu jenis lomba tertentu, misalnya semaphore atau cepat tepat. Aku bersama Satya Ali Widodo saat itu kebagian lomba menggambar dengan tema lingkungan. Saat inilah kekocakan terjadi kembali.
Saat masuk ke ruangan kelas, temanku itu agak bengong karena merasa tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal gambar menggambar. Kalau aku sih agak PD lah, hehe soalnya dulu waktu SMP sudah pernah juara melukis beberapa kali. Saking bengongnya, Ali sampai lupa bahwa dia tidak membawa peralatan menggambar satu pun. Sementara perlombaan sudah akan dimulai semenit lagi. Sampai saat dia duduk dia baru tersadarkan dengan hal itu, akhirnya terpaksa dia minta padaku untuk membelah dua pensil gambar yang sudah pendek seujung kelingking itu dipatahkanlah menjadi semakin pendek, sejurus kemudian setelah aku ingatkan tidak ada penyerut (penajam) pensil dia langsung sigap menggigit ujung pensilnya sendiri agar bisa digunakan. Makin parah, penghapus hitam nan dekil yang sudah seuprit peganganku pun terpaksa aku belah lagi jadi makin menoktah. Hahaha.
Sementara itu, beberapa teman yang lain mengikuti perlombaan Mini Soccer dan Penalty Kick, aku tidak sempat melihat. Yang pasti yang jelas aku lihat adalah teman-teman Ambalan Sangkuriang menjadi rising star di antara anak-anak Pramuka SD dan SMP di sana. Kita menghibur mereka dengan nyanyi-nyanyian yang memang sering kita nyanyikan kalau latihan di Gudep tercinta. Anak-anak Paskat masih setia dengan tongkatnya menyanyikan lagu berikut:
Di arena Pramuka, kita galang persatuan kita,
Galakkan kekompakkan maju mundur kita sama-sama
Kalau siang kita kepanasan
Kalau malam kita kedinginan
Tak peduli
Pramuka itu jaya
Sambil menghentak-hentakkan tongkat yang dipegang beradu duet dengan anggota Paskat lain dan setelah itu juga kami sadar bahwa perbuatan asyik itu ternyata telah membawa kehancuran, maksudnya ngancurin lantai berbasis ubin lapangan. Hahaha. Tapi sungguh, hampir semua anak-anak menyukai apa yang kita lakukan, berbeda sekali dengan utusan dari Gudep-gudep lain yang kelihatannya sangat pasif, kita seakan menjadi penghibur dan menguasai lapangan.
Cuman yang agak ngenes itu ketika aku ditanya ama seseorang "Mana Dayang Sumbinya", aku hanya bisa membisu saja mengingat memang saat itu kita lagi krisis Kaum Hawa, hehehe.
Tapi secara keseluruhan kami sangat menikmati saat-saat itu, walaupun ngerasa ngenes terutama saat lomba PBBAB, kengenesan itu seakan bertambah-tambah saat pengumuman pemenang PBBAB disebutkan, Hassanudin dengan PDnya lari ke tengah-tengah lapangan saat disebutkan "SMA Negeri Satuuuuuuu....", ternyata "Banjaran". Hahaha. Oh ya lebih ngenes lagi dokumentasi yang sudah dibakar dalam bentuk CD kini menghilang entah ke mana, hanya beberapa foto yang berhasil terselamatkan karena pernah diunggah ke media sosial dan alhamdulillah kami mendapatkan juara juga, yaitu Juara 1 Kepramukaan, Juara 1 Penalty Kick, dan Juara Umum Mini Soccer.
0 komentar:
Post a Comment