14 April 2017

Holocaust dan Kebenaran dari Kebohongan Berulang-Ulang

Oleh: Ust. Saief Alemdar 12/04/2017




Waktu capres Hillary Clinton dan Donald Trump “bersilaturahim” dan meminta “restu” AIPAC sebelum pilpres, calon lainnya yaitu Bernei Sanders malah tidak mau hadir dalam konferensi AIPAC tersebut. Sejak kejadian itu, banyak pengamat yang “beriman” pada teori konspirasi optimis bahwa Sanders akan jatuh di jalan, dan benar dia tidak lolos. Padahal sudah jadi common secret bahwa semua capres sebelumnya harus “bersilaturahim” ke AIPAC conference.

American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) itu adalah sebuah kelompok lobi di Amerika Serikat yang bertujuan melobi Kongres Amerika Serikat dan badan eksekutif pemerintahan dengan tujuan menghasilkan kebijakan yang meningkatkan hubungan dekat antara Amerika Serikat dan Israel. AIPAC dibentuk pada masa pemerintahan Eisenhower, dan sejak saat itu membantu meningkatkan bantuan dan dukungan Amerika Serikat kepada Israel. AIPAC telah sering disebut-sebut dalam berbagai survei sebagai salah satu kelompok lobi paling berpengaruh dalam politik Amerika Serikat. Cari saja di Google banyak hasil lobi AIPAC yang menguntungkan Israel.

Kemarin, Jubir Gedung Putih, Sean Spicer membandingkan antara Hitler dengan Bashar Assad, “We didn’t use chemical weapons in world war two. You had someone as despicable as Hitler who didn’t even sink to using chemical weapons.”

Pernyataan tersebut mengundang protes besar dari wartawan dan netizen, karena pernyataan tersebut seakan menafikan tragisnya holocaust yang dilakukan oleh Hitler. Tidak lama kemudian, secara resmi Spicer meminta maaf, “Frankly, I mistakenly made an inappropriate and insensitive reference to the Holocaust, for which there is no comparison, and for that I apologize. It was a mistake to do that.”.

Jubir Gedung Putih yang selama ini bisa bicara, mengutuk dan mengecam siapapun “seenak perutnya”, hanya karena mengatakan “Bashar Al Assad lebih jahat dari Hitler karena menggunakan senjata kimia”, tiba-tiba langsung ciut dan meminta maaf kepada publik atas silap lidahnya, “And for that I apologize. It was a mistake to do that.”. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Pokoknya yang paling jahat itu Hitler.

Sebenarnya dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal adanya Holocaust, di antaranya: Pemikir Muslim Perancis Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel, David Irving, dll. tetapi hampir semuanya dinyatakan bersalah dan dijebloskan kedalam penjara.

Termasuk Pada 15 Feb 2007, Ernst Zundel seorang Holocaust denier dihukum 5 tahun penjara. Seorang pengacaranya, Herbert Schaller, menghujat bahwa semua bukti tentang adanya Holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya saja, bukan berdasarkan fakta-fakta yang jelas. Ernst Zundel ini juga pernah ditahan pada tahun 1985, dan 1988 dalam kasus yang sama.

Semua hal di atas sangat kontras dengan slogan negara-negara barat sendiri yang menyatakan kebebasan berpendapat apalagi disertai bukti-bukti ilmiah tentang kebohongan Holocaust terutama digunakannya kamar gas oleh Nazi di Polandia, tetapi begitu menyinggung masalah yang menggugat hal ini, mereka langsung memberangus habis penentang-penentangnya sehingga banyak kalangan menilai adanya lobby Yahudi yang berdiri dibelakangnya dalam memengaruhi putusan pengadilan.

Kembali lagi, “the man behind the curtain” adalah mereka yang mendapatkan manfaat terbesar dari apa yang sedang terjadi. Dengan menjual slogan “holocaust”, mereka “play victim”, tanpa mau tahu kejadian itu benar atau tidak, karena menurut mereka, “if you repeat a lie often enough, it becomes truth”, dan dengan itu akan berlaku “the truth is whatever people want to believe is truth”.

0 komentar:

Hitung






Komentar

Tentang Blog Ini

Seorang pembelajar yang berharap tidak berhenti belajar, seorang hamba yang berharap tidak berhenti menghamba

Followers