Oleh: Ust. Priyo Djatmiko 27/03/2017
Kalau orang Islam mengatakan Islam tidak punya masalah dengan sains sebagaimana umat Kristiani dulu alami pada sejarah kelahiran sains Barat dan era kegelapan sebelumnya, maka klaim itu benar dalam 3 (tiga) konteks:
- Konteks sejarah ketika peradaban Islam dalam puncak kejayaan yang dicirikan dengan peradaban cinta ilmu (relatif melampau peradaban-peradaban lain yang semasa);
- Konteks normatif dimana semangat umum dan observasi atas alam secara 'apa adanya' mudah ditemukan dari teks Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad SAW, yang mana konteks normatif ini adalah landasan yang penting dan membanggakan namun butuh kapasitas subjek (yaitu orang Islam yang mengimani dasar normatif tersebut) untuk memanfaatkannya;
- Konteks semangat reseptif, dimana secara jargon umat Islam tidak pernah menolak kebutuhan, keutamaan dan keharusan untuk mempelajari dan menguasai sains (dalam pengertian yang sangat generalis).
Masalahnya
adalah, semangat tersebut tidak diiringi dengan pemahaman yang benar
tentang apa itu sains modern, dan bagaimana peta relasinya yang rumit
dengan doktrin-doktrin teologi dan etika dalam islam. Beberapa orang
'alim yang saya temui menolak mengakui masalah tersebut selain karena
ketidakpahaman tadi, juga batas imajinasi bahwa sains perlu, semata
karena tujuan pragmatiknya (dicampur aduk dengan konsep teknologi) untuk
membuat 'umat kuat dan berjaya kembali' (dengan imajinasi dan narasi
tentang apa itu kejayaan yang simplistik dan terbatas). Motif pragmatis
atas apresiasi pada sains tersebut mengaburkan kunci masalah, yaitu
memahami apa dan bagaimana sains itu ditetapkan, serta bagaimana
memahamkan umat secara luas agar ia berhasil sebagai proyek kultural,
bukan semata menghasilkan satu dua individu yang menonjol tapi tak
berguna banyak untuk umat. Karena semua pertanyaan ini tak lain adalah
soal falsafah, maka bagaimana islam memandangnya juga perlu dibicarakan
di wilayah diskusi ilmu-ilmu agama dengan level berpikir melampaui hal
teknis operasi semata dan tak bisa diserahkan pada negara dengan
aparatus sistem pendidikannya.
0 komentar:
Post a Comment